Header AD

MADIUN ERA SEBELUM TAHUN 1980


(pshtlampung.com). Sebagai Warga SH Terate kita tentu tak bisa lepas dari nama Madiun. Tak peduli kita pernah atau belum berkunjung ke kota ini. Bagi kita yang belum pernah berkunjung ke Madiun dalam dada kita Warga SH Terate tentu penasaran bagaimana kondisi kota ini saat ini, sedangkan yang pernah kesana bahkan beberapa kali, banyak diantara kita yang penasaran, bagaimana kondisi Madiun sebelum tahun 1980an. Kenapa tahun sebelum 1980? karena tahun tahun inilah masa-masa yang cukup menentukan bagi SH Terate, berkembang atau stagnan di Kota Madiun. 

Adalah  KRA Tjatur Njoto Ryanto Proboningrat, S Sos, MM., salah satu sesepuh SH Terate yang mengalami masa-masa di SH Terate sebelum tahun 1980an itu. Beliau disahkan sebagai Warga SH Terate Tingkat 1 pada tahun 1975 dan Warga Tingkat 2tahun 1988. Di kalangan SH Terate, beliau akrab dipanggil Gus Tur. Sebagai Warga Tk 2 yang telah disahkan lebih dari 30 tahun (Wiro Utomo) di kalangan Warga Tk 1 akrab dipanggil dengan Sebutan Kangmas Tjatur. Berikut kisah yang diceritakan Kangmas Tjatur tentang bagaimana Kondisi Madiun sebelum Era 1980an. 

Menurut Kangmas Tjatur pada pada masa sebelum tahun 1980an , para orang tua, utamanya di Madiun dan sekitarnya, terasa seakan memiliki dorongan moril untuk mewajibkan putra putranya mengikuti latihan beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate. Tujuannya agar si putra tercinta memperoleh pasokan dan tuntunan kehidupan adiluhung, mulia.

Para orang tua berharap anak-anak mereka ngerti unggah ungguh (tahu sopan santun), kenal etika, mampu menempatkan diri, memiliki sikap elegant, mriyayeni (berkedudukan) dan mrebawani (memiliki wibawa) yang semua itu seakan identik dengan karakteristik orang kraton. Maka saat itu tidak asing bagi warga SH Terate dengan istilah sbg "Wong Njero" atau "Cah Njero".

 Dalam proses pelatihan, peran orang tua sangatlah dominan. Rata-rata para orang tua tahu persis jadwal latihan putranya, jika putranya tidak masuk latihan selalu ditanya, bahkan memperoleh tegoran. Agar tidak mrothol (keluar) latihan, si orang tua bahkan memberi ancaman, daripada mrothol latihan lebih baik you keluar sekolah. Sungguh luar biasa!

Mereka sangat berkeyakinan jika anaknya lulus dan disahkan jd warga SH Terate, disamping menguasai kemampuan beladiri pencaksilat, pun pula juga memiliki karakter yg dapat diandalkan dikemudian hari, dengan target utama hidup mulia, mukti wibawa dalam kehidupan yang akan dijalani. Mereka berharap saat anaknya menamatkan pendidikan di SH Terate menjadi orang yang punjul Ing Aapapak, Mrojol Ing Akerep, Kinacek Sapodo padane Tumitah.

Begitu kuatnya keyakinan orang tua bahwa SH Terate merupakan kawah Candradimuka yang dapat  menggembleng dan membentuk karakter putra putranya, agar mampu tampil sebagai sosok yg kendel/pemberani nanging ora ngetarani (berani namun tidak terlihat sombong).

Warga SH terate adalah mereka percaya diri, tidak takut resiko, berjiwa besar, mengalah dalam soal kecil, namun akan bersikap tegas saat dihadapkan pada persoalan yang dirasa prinsip. Warga SH Terate juga merupakan orang-orang yang sadar posisi/empan papan, terhindar dr sikap jumawa, dalam balutan nilai2 etika, unggah ungguh, ngerti tata krama dan subasita. Dan tentu saja memiliki Sikap Mriyayeni sebagai bekal menapaki dinamika kehidupan dengan segala romantikanya.

Begitulah cerita tentang Madiun sebelum Era tahun 1980 dimana terlihat ada kebanggaan tersendiri bagi para orang tua, saat anak-anaknya berhasil disahkan menjadi Warga Persaudaraan Setia Hati Terate. Kebanggaan ini diharapkan juga muncul saat ini, dimana justru di masa-masa disrupsi inilah nilai-nilai yang dipegang erat oleh Warga SH Terate sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. (EBS)


MADIUN ERA SEBELUM TAHUN 1980 MADIUN ERA SEBELUM TAHUN 1980 Reviewed by PSHT LAMPUNG on Kamis, April 07, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar


IKLAN USAHA