Header AD

PITUTUR LUHUR: Hidup Sekali, Berarti !


Oleh:

KRT Tjatur Njoto Hadinagoro, SSos, MM


Sekar Gambuh :

Najan Sira Pinunjul

Ojo Nganti Polah Kang Kalantur

Ngelingana Wong Urip Nggendhong Lali

Menyang Pundi Paranipun

Tan Wurung Sowan Hyang Manon.


Menjadi tua dalam filsafat adalah salah satu pertanyaan tentang eksistensialis. Sebagaimana Martin Heidegger dari Jerman menyatakan bahwa Manusia adalah ada-menuju-kematian. 


Itulah kenapa manusia begitu spesial, karena hanya manusia makhluk di dunia ini yang sadar dan berfikir akan keberadaannya di dunia, juga kemewaktuannya dari lahir, tumbuh berkembang, tua kemudian menuju kematian. Tentunya, pertanyaan eksistensialis disini juga terdapat dalam tradisi filosofi lokal kita, tentang sangkan paraning dumadi: darimana berasal dan kemana-akan-menuju. Maka, sedigdaya apapun raja zaman dahulu, ketika ngunduri sepuh (semakin menua) akan meneb, meredam sunyi, masuk ke wilayah kezuhudan, untuk mandhita


Memperkuat spiritualitas sebagai esensi meninggalkan gemerlap dan kejayaan yang telah diraih. Sebagaimana dilakukan Prabu Joyoboyo, Brawijaya, dan Prabu Siliwangi. Itulah kenapa para raja tersebut begitu harum namanya sampai saat ini. Ketika muda memayu hayuning bawono, dan ketika ngunduri sepuh mempertajam spiritualitasnya. Namun tidak semua raja apalagi orang awam yang mampu menjalani laku tersebut. 


Hanya raja-raja atau orang-orang yang sadar bahwa apa yang disandangnya (Ngawirya/ kedudukan, Artha/ kecukupan ekonomi dan Winasis/ kompetensi) yang melekat dalam hidupnya, adalah sarana semata untuk mengabdi, ya mengabdi (Leladi Sesamining Dumadi), menerapkan fungsi luhurnya, maka di masa tuanya akan menjalani laku spiritual tersebut. 


Hal ini setidaknya menjadi refleksi yang sangat berharga bagi kita semua, terutama dalam menjalani proses kehidupan dengan segala dinamika dan romantikanya menuju ke keabadian kembali pada Sang Causa Prima, titik tolak segala sesuatu yang ada.

~ Salam Hati Sehat ~

===============================

*) KRT Tjatur Njoto Hadinagoro, SSos, MM, dilahirkan di Magetan, 5 Desember 1957. Beliau disahkan menjadi Warga Tingkat I (Satrio Anom) SH Terate tahun 1975 dan disahkan menjadi Warga Tingkat II (Wiro Anom) tahun 1988. Gus Tur, begitu panggilan akrabnya di kalangan pendekar SH Terate, mulai aktif menjadi pengurus pusat SH Terate tahun 2014. Saat itu jabatan yang ditugaskan padanya adalah sebagai Anggota Lembaga Dewan Harkat dan Martabat (2014-2016). Sejak tahun 2016 hingga 2021 diberi kepercayaan membina organisasi (Bidang Organisasi). Pasca Parapatan Luhur 2021, beliau dipercaya sebagai Ketua Departeman Pembinaan Organisasi Pengurus Pusat SH Terate Periode 2021 - 2026.

    Selain aktif sebagai pengurus pusat SH Terate, Kangmas Tjatur juga aktif di Kepengurusan IPSI Kota Probolinggo dan sejak tahun 2014 menjabat sebagai Ketua Dewan Cabang Persaudaraan Setia Hati Terate Probolinggo hingga saat ini. Sebelumnya Beliau adalah Ketua Cabang Persaudaraan Setia Hati Terate Probolinggo selama 29 tahun mulai 1985 - 2014. Jabatan lainnya adalah sebagai Pengurus Yayasan Setia Hati Terate sejak tahun 2014 hingga saat ini. 



BACA JUGA:

PITUTUR LUHUR: Hidup Sekali, Berarti ! PITUTUR LUHUR: Hidup Sekali, Berarti ! Reviewed by PSHT LAMPUNG on Selasa, November 30, 2021 Rating: 5

1 komentar


IKLAN USAHA